| MERDEKA.COM. Ketua Umum Partai Nasional    Demokrat (NasDem) Surya Paloh mengkritik kebijakan negeri ini yang belum    menghargai jasa para petani sebagai soko guru revolusi. Menurut dia kaum    petani dibiarkan berkompetisi dengan produk asing yang semakin hari kian    membanjiri pasar dalam negeri.
 "Hari ini kita belum berjaya sebagai negeri maritim, kita terseok    sebagai negara agraris. Karena petani belum dihargai di negerinya    sendiri," tegas Surya di Banjarsari, Sukatani, Bekasi, Jawa Barat,    Minggu (31/3).
 
 Oleh karena itu, lanjut Surya semua harus memberikan penghargaan kepada kaum    tani di Indonesia. Kalau yang bisa membuat kebijakan, buatlah kebijakan yang    melindungi kaum tani. Begitu juga dengan kaum hartawan juga tak boleh    melupakan jasa kaum tani.
 
 "Kemampuan yang bisa membuat dan merubah Undang-Undang (UU) yang    merupakan peran parpol di negeri ini segera buat atau rubah UU bagi kaum    tani," ujarnya berapi-api.
 
 Dia mencontohkan negara Amerika sebagai negara besar dan super power dan juga    Jepang negara maju. Kedua negara ini sangat menghargai kehadiran petani di    negaranya masing-masing. Mereka menganggap kaum tani bukan profesi lemah.    Amerika menyatakan Jimmy Carter seorang petani kacang yang menjadi presiden    USA.
 
 "Mereka mensubsidi kebijakan. Pupuk, teknologi riset disubsidi. Saat ini    di Indonesia semua impor. Daging, bawang, garam pun impor," kata dia.
 |